Lahir dan tumbuh besar di tengah asrinya alam pedesaan menjadikan Suryanto mencintai desanya hingga ke tulang. Merdunya kicauan suara burung mencerminkan betapa sejuknya suasana pagi Desa Carikan, Bumirejo, Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Sehari-hari, Suryanto tak pernah absen dari melihat keindahan warna dan cantiknya ikan. Profesi Suryanto adalah seorang penjual ikan hias. Namun, ia tak sekedar menjadi penjual ikan hias biasa. Profesi yang digelutinya sejak tahun 2010 mengantarkannya menjadi pemilik komitmen yang luar biasa. Dedikasi tinggi ia curahkan dalam mengedukasi tentang pentingnya menjaga kelestarian ikan dan menyelamatkan ekosistem sungai. Misi hidupnya adalah mengajak dengan hati serta membangun kesadaran agar lahir kader-kader konservasi baru yang juga mencintai lingkungan.
Bukan Sekedar Cinta, Namun Soal Tanggungjawab
Sejak kecil, Suryanto sudah akrab melihat liukan dan ramainya ikan di sungai Kulon Progo. Seiring berjalannya waktu, hatinya tergerak untuk mulai peduli terhadap isu-isu konservasi lingkungan. Tak tanggung-tanggung, ia banyak belajar dan terjun langsung bersama komunitas pecinta lingkungan, salah satunya Komunitas Wild Water Indonesia. Hingga satu masa, ia merasakan ada yang berbeda terhadap populasi ikan sungai Kulon Progo. Ikan-ikan sungai semakin sulit ditemui. Hatinya penuh gelisah melihat kondisi sungai yang tak lagi ramah. Ia sadar, ekosistem sungai telah tercemar.
Bergelut di dunia penjualan ikan hias, tak membuatnya sekedar mengambil keuntungan saja. Berangkat dari rasa empatinya yang tinggi, ia mencoba untuk mengedukasi pelanggan tentang bagaimana memelihara ikan agar bisa hidup lama. Ia merasa memiliki tanggungjawab agar pelanggannya bisa merawat dan memelihara ikan yang telah dibeli. Terlebih jika pelanggan tersebut bisa membudidayakannya. Tak hanya sekedar siklus, ikan mati, lalu beli lagi. Ia mulai mengedukasi setiap pelanggan yang membeli ikan hias di tempat usahanya. Ada kesenangan tersendiri bagi batinnya saat orang lain bisa memelihara ikan dengan baik.
Soal Praktik Penangkapan Ikan Secara Ilegal
Wilayah Kulon Progo tidak dapat dipisahkan dari sungai. Sebagian wilayahnya merupakan daerah aliran sungai besar dan sungai kecil. Sungai Progo, Serang, Papah, Tinalah, Nagung, Penter, Kamal, Kanjangan adalah beberapa nama-nama sungai yang mengalir di wilayah Kulon progo. Ada juga sungai dari daerah sekitar yang berhulu di luar maupun di dalam wilayah Kabupaten Kulon Progo. Wilayah tangkapan yang luas menarik hati pelaku untuk menangkap ikan secara ilegal.
Aktifitas penangkapan ikan secara ilegal di Kulon Progo dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari tindakan penggunaan alat setrum, pukat, dan pemberian akar tanaman jenu yang bersifat racun. Penggunaan alat setrum tidak hanya mematikan ikan. Namun juga bisa mempengaruhi siklus reproduksi ikan akibat pengaruh gelombang listrik dari alat setrum. Penangkapan dengan metode ini dianggap pelaku sebagai cara cepat untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan yang banyak.
Penangkapan ikan dengan pemberian racun tidak hanya membahayakan lingkungan, namun juga berakibat buruk ke tubuh jika sampai dikonsumsi. Karena sisa racun masih terpapar di tubuh ikan hasil tangkapan.
Sebagian pelaku penangkapan ikan ilegal ini adalah petani. Masih saja ada petani nakal yang tidak bertanggungjawab meski telah mendapatkan himbauan dan sosialisasi dari dinas setempat. Petani dengan sengaja mencuci tangki pestisida di sungai. Akibatnya, aliran air sungai tercemar dengan bahan berbahaya yang berujung ikan mati dan mengapung sehingga lebih mudah ditangkap.
Rusaknya ekosistem sungai tampak dari menurunnya jumlah populasi ikan. Ikan-ikan endemik biasanya gampang dilihat di sungai-sungai. Namun akibat penyetruman ikan dan pemberian obat, sungai tercemar dan menurunnya jumlah ikan, terang Suryanto.
Jejak Perkembangan Edukasi Ikan
Suryanto tidak hanya melayani dan mengedukasi pembeli ikan hias saja. Ia tak berhenti di titik itu. Edukasi mulai melebar. Perlahan, Suryanto mulai memperluas skala edukasi ikan. Ia mulai menyasar rekan sejawatnya. Dengan memanfaatkan grup desa menjadi saluran komunikasi baru dalam melakukan edukasi.
Berbekal ilmu yang didapat dari komunitas lingkungan, Suryanto mengedukasi tentang bahaya praktik penangkapan ilegal. Ia mengajak teman-temannya untuk menghentikan praktik penyetruman dan peracunan saat menangkap ikan.
Mengenalkan nilai kebaikan tak selalu mudah. Begitu juga yang dialami Suryanto. Niat baik tak selalu mendapat tanggapan baik. Saat awal-awal memberikan edukasi, ia sempat dijauhi oleh rekan sesama penjual ikan. Berbekal dana dari donator, Suryanto dan warga membuat papan peringatan wajib lapor untuk warga pendatang. Pada papan larangan tersebut, Suryanto menyelipkan pesan penghentian pengangkapan ikan dengan setrum ikan. Papan peringatan larangan dipasang di beberapa titik lokasi dekat sungai. Meski kurang disambut baik, karena masih saja terjadi praktik setrum ikan, Suryanto tak menyurutkan langkahnya
Pemasangan papan larangan penangkapan ikan secara ilegal
Praktik ilegal ini biasanya dilakukan saat tengah malam, saat warga desa sudah terlelap tidur. Saat patroli malam, masih ditemukan pelaku tindak ilegal penangkapan ikan. Praktik pengeboman ikan akan merusak ekosistem sungai karena membunuh hewan dan tumbuhan yang hidup di habitat tersebut.
Pelebaran Sayap Edukasi Melalui SFF Education
Meluaskan akses informasi tentang pentingnya edukasi ikan, Suryanto mendirikan Surya Fish Farm Education (SFF Edu) di tahun 2015. SFF Edu ini berupa pendopo asri dengan besaran yang cukup luas. SFF Edu adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan edukasi yang telah dilakukan Suryanto.
Gemericik suara air di sekeliling pendopo SFF Edu menciptakan suasana yang kondusif sebagai tempat belajar. Suara gemericik air ini berasal dari air akuarium yang ditempatkan di pinggiran pendopo. Selain bagus untuk efek relaksasi, suara air juga terbukti memberikan efek positif dalam meningkatkan konsentrasi. Suasana belajar semakin terbangun dengan rimbunnya pohon rindang di sekeliling pendopo. Asupan oksigen segar masuk ke otak dan menambah fokus saat menerima ilmu.
SFF Edu menjadi ruang belajar untuk berbagai kalangan dalam berbagi dan menerima ilmu tentang ikan dan isu lingkungan. Mulai dari kelompok bermain anak, TK, sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat menengah hingga perguruan tinggi bisa menjadi peserta edukasidi SFF Edu. Bahkan dinas-dinas setempat juga banyak mendapatkan ilmu baru dari sana.
SFF Edu menjadi ruang belajar untuk berbagai kalangan
Ikan yang dijadikan media edukasi adalah ikan endemik sungai Kulon Progo seperti ikan wader dan ikan sepat. Selain itu juga, diperkenalkan ikan yang biasa dikonsumsi seperti ikan nila, ikan lele dumbo, dan ikan bawal. Tiga nama ikan yang sangat akrab kita dengar ini ternyata sumber asalnya dari luar negri. Ikan Nila berasal dari Sungai Nil, Afrika Utara. Ikan lele dumbo juga berasal dari benua Afrika. Sedangkan ikan bawal berasal dari Amerika Selatan yang dibawa oleh perusahaan swasta di Tangerang, Banten.
Ikan-ikan tersebut sengaja ditempatkan di dalam akuarium untuk memudahkan saat melakukan edukasi. Selain itu juga diperkenalkan ikan-ikan hias seperti ikan louhan dan ikan koki. Kedua jenis ikan ini adalah ikan yang telah mengalami rekayasa genetik, yang dikhususkan menjadi ikan hias.
Selain diajarkan ilmu mengenai jenis ikan lokal dan ikan asing, peserta edukasi juga diberikan ilmu mengenai habitat asli dari ikan-ikan tersebut. Ikan-ikan asing yang berada di perairan umum sebenarnya tidak boleh dilepasliarkan di sekitar sungai ikan setempat. Karena akan mempengaruhi kehidupan ikan habitat aslinya.
SFF Edu memiliki program bulanan dan tahunan dalam upaya konservasi perairan. Program bulanan yang dilakukan oleh SFF Edu adalah restocking ikan. Restocking ikan adalah kegiatan berupa penebaran benih ikan. Tak perlu jumlah yang ribuan, meskipun hanya dua ekor, tetap dilakukan, jelas Suryanto. Kegiatan ini penting untuk meningkatkan stok populasi ikan di sungai dan menjaga keanekaragaman jenis ikan. Kegiatan tebar benih ikan ini dilakukan bersama pegiat lingkungan, kelompok remaja atau warga sekitar.
Sarasehan dilakukan setiap tahun di SFF Edu bersama para pegiat lingkungan lainnya. Kegiatan ini sebagai wadah berdiskusi dan berbagi informasi terkait isu lingkungan atau masalah yang sedang dihadapi oleh pegiat lingkungan di lapangan. Di pertemuan ini juga banyak diajarkan tentang bagaimana cara mengajak masyarakat dengan cara yang bijak bukan dengan cara frontal dalam upaya menjaga lingkungan.
Aktifitas Menjaga Kelestarian Ikan
Selain soal transfer ilmu, Suryanto juga melakukan aktifitas teknologi pembenihan alami dan pembesaran ikan-ikan lokal. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar ikan endemik di sungai-sungai Kulon Progo tidak punah.
Teknologi pembenihan yang dilakukan adalah pamijahan secara alami bukan secara buatan atau yang disuntik hormon. Ikan normal sehat, betina dan jantan, dikawinkan dengan perbandingan 1:1. Jika ikan sudah matang guna baru dimulai untuk memijah. Tingkat keberhasilan memang sedikit, namun daya tahan hidup ikan akan lebih kuat.
Pembesaran dilakukan dengan memberikan makan makanan alami seperti cacing dan pelet. Saat proses pelepasan diberi makan cacing terlebih dahulu agar nanti bisa kuat beradaptasi di sungai sebagai tempat hidupnya yang baru, jelas Suryanto.
Kegiatan Menyelamatkan Perairan Sungai
Berdasarkan data IkanKu (sebuah sistem informasi kelautan dan perikanan Kulon Progo) hadirnya 30 Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokwasmas) sangat membantu dalam aksi penyelamatan sungai. Pokwasmas adalah sebuah kelompok penjaga dari masyarakat untuk turut andil dalam menjaga sungai dan juga melapor pada Dinas Perikanan jika terjadi penangkapan ilegal seperti menyetrum ikan, meracun ikan, atau membuang sampah sembarangan ke sungai.
Masyarakat Kulon Progo sudah semakin sadar bahwa menjaga sungai itu adalah tugas bersama, bukan tugas individu. Kegiatan Bersih Sungai juga dilakukan oleh Suryanto bersama masyarakat sekitar. Sampah-sampah yang menumpuk di sungai terlebih pada musim penghujan akan mempengaruhi kehidupan ekosistem sungai.
Praktik ilegal fishing saat ini sudah hampir tidak ada. Di 2020, Pokwasmas telah diberikan wewenang dan legalitas untuk melarang dan melaporkan serta mengedukasi para pelaku yang melakukan penangkapan ikan secara ilegal. Jika ditemukan, pelaku akan diberikan surat peringatan satu dan dilakukan penyitaan alat tangkapan sebagai barang bukti. Jika mengulang perbuatan yang sama, akan diberikan surat peringatan kedua dan diberikan sanksi berupa penebaran benih ikan ke sungai. Jika oknum masih nakal, akan mendapatkan sanksi hukuman. Terkait penangkapan ini juga sudah dilakukan kerjasama dengan pihak kepolisian dan Bintara Pembina setempat.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep. 58/Men/2001 tentang Sistem Pengawasan Berbasis Masyarakat (Siswasmas), Pokmaswas dibentuk atas inisiatif masyarakat yang difasilitasi oleh unsur pemerintah daerah, dan dikoordinir oleh seorang anggota masyarakat dalam Pokmaswas, yang berfungsi sekaligus sebagai mediator antara masyarakat dengan pemerintah/petugas. Bersyukur saat ini sudah terdapat Pokmaswas di setiap kecamatan. Jadi setiap pelaku penangkapan ilegal sudah dapat dilaporkan ke dinas terkait.
Pokwasmas juga melakukan peneguran jika terdapat warga yang membuang sampah ke sungai. Saat ini kegiatan patroli sungai bisa dilakukan secara bergantian. Pembuangan sampah sudah dialihkan dengan kehadiran program bank-bank sampah di masyarakat.
Pemerintah mendukung penuh program penyelamatan perairan sungai. Mulai dari Dinas Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup memiliki peran dalam pembentukan Pokmaswas di setiap kecamatan.
Dibantu juga dengan program SIPATIN dari Kementrian Agama Kulon Progo. Program SIPATIN adalah kegiatan sedekah ikan pasangan pengantin sebagai upaya meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kelestarian ikan dan sungai. Ini adalah syarat yang harus dipenuhi oleh pasangan pengantin sebelum menikah. Berdasarkan data (Juni 2022), sudah ada 38.500 ekor benih ikan yang dilepasliarkan pasangan pengantin dalam program ini. Benih ikan yang ditebar adalah jenis ikan nilem, sidat, tawes, dan wader.
Dukungan dari Dinas Pendidikan adalah dalam hal penyusunan buku. Buku-buku ini akan dimasukkan ke dalam pelajaran muatan lokal dari kelas 1-3 di wilayah Kulon Progo. Saat ini sedang menunggu penyebaran buku-buku tersebut.
Praktik Perikanan Berkelanjutan dan Mendukung Ketahanan Pangan
Keberadaan ikan endemik akan sangat membantu program ketahanan pangan. Defenisi ketahanan pangan dalam UU No. 18/2012 adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Pangan tidak hanya terkait beras saja, namun juga ikan sebagai sumber protein yang bernilai gizi bagi tubuh.
Praktik perikanan berkelanjutan terkait dengan banyak hal. Menjaga ekosistem sungai, menghentikan penangkapan ikan secara ilegal, menjaga jumlah dan mutu ikan hingga menjadi santapan lezat bagi keluarga. Hal terpenting dimulai dari edukasi sebagai kunci untuk membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem ikan. Ekosistem yang terjaga akan menghasilkan ikan yang bermutu baik dengan jumlah yang mencukupi. SFF Edu milik Suryanto memiliki peran penting turut serta mendukung ketahanan pangan.
Edukasi Sebagai Kunci Membangun Kesadaran
Edukasi adalah kunci sebuah peradaban. Jika masyarakat yang hidup saat ini teredukasi dengan baik maka diharapkan nilai baik itu akan bertunas dan terus bertumbuh sehingga dapat berbuah manis bagi generasi di masa depan.
Kisah Suryanto adalah kisah tentang cinta dan tanggungjawab terhadap alam. Alam yang menjadi tempat kita tinggal harus kita jaga sepenuh jiwa dan seluas cinta. Membangun kesadaran lewat edukasi ikan dan menyelamatkan perairan sungai perlu dilakukan sejak dini. Kelak, generasi mendatang diharapkan akan mewariskan cinta yang luas juga untuk menjaga ikan dan ekosistemnya ke generasi berikutnya.
Edukasi yang dilakukan Suryanto tidak hanya berbentuk seminar, namun juga melakukan sosialisasi dengan dinas terkait melalui sejumlah pameran dan buku yang berjudul ‘’Jaga Kaliku”. Buku ‘’Jaga Kaliku’’ adalah buku yang diterbitkan hasil kerjasama antara Dinas Kelautan dan Perikanan bersama Dinas Pendidikan serta Kelompok Masyarakat Pengawas Kulon Progo.
Suryanto dalam beberapa pameran edukasi ikan
Berkat dedikasi Mas Suryanto, pada tahun 2021, ia mendapatkan penghargaan Kalpataru tingkat DIY dalam kategori Perintis Lingkungan dan juga mendapatkan penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards di bidang lingkungan di tahun 2023.
Anugerah Kalpataru dan sertifikat SATU Indonesia Awards yang diterima Suryanto
Upaya Melahirkan Kader-Kader Konservasi Baru
Edukasi mengenai isu lingkungan membutuhkan proses yang tak sebentar. Membangun kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan dan semua yang terkait dengannya memerlukan komitmen jangka panjang. Selaras dengan itu, Suryanto dan SFF Edu mengambil peran tersebut secara sadar. Misinya adalah mencetak kader-kader konservasi baru yang mencintai lingkungan.
Sasaran peserta edukasi SFF Edu dimulai dari kelompok bermain anak hingga ke jenjang perguruan tinggi. Masing-masing level pendidikan ini memiliki kurikulum sendiri yang disesuaikan dengan usia peserta edukasi.
Seperti misalnya untuk kelompok bermain anak, anak-anak dikenalkan mengenai siapa pencipta ikan, diajarkan tentang cara menyayangi ikan, diajarkan tentang kebutuhan ikan akan air bersih dan makanan yang dikonsumsi. Pendekatannya digunakan dengan simulasi menyayangi ikan di dalam akuarium. Penyediaan buku-buku berwarna tentang ikan turut membantu perluasan wawasan anak-anak tentang ikan.
Untuk program kegiatan yang diajarkan untuk anak-anak TK antara lain adalah mengajarkan cara membedakan jenis ikan antara ikan lokal, ikan hias, dan ikan asing. Diajarkan juga tentang cara merawat ikan, menjaga kebersihan akuarium, dan cara menjaga kualitas air akuarium. Memperkenalkan ikan dan sungai harus diperkenalkan sejak dini, agar kelak mereka lebih mencintai ikan serta bertanggungjawab dalam menjaga tempat hidup ikan.
Untuk anak-anak TK sudah diajak ke sungai. Anak-anak diajak dan diajarkan untuk menjaga kebersihan air sungai, tidak membuang sampah ke sungai, tidak menggunakan setrum ikan, dan tidak meracun ikan. Mengenalkan ikan nila yang termasuk salah satu jenis ikan invasif atau ‘’galak’’ lewat simulasi di akuarium. Simulasi ini akan membantu pemahaman tentang galaknya ikan nila menginvasi ikan-ikan lainnya di sungai. Mengajarkan juga tumbuhan-tumbuhan atau pohon jenis apa yang mendatangkan sumber mata air bagi sungai.
Untuk tingkat SD, bahan ajar yang disampaikan ke anak TK juga diajarkan. Selain itu juga diajarkan ilmu cara membedakan ikan betina dan ikan jantan, terkhusus tentang ikan hias. Pada usia ini, anak-anak sedang masa tertariknya belajar banyak tentang ikan hias.
Untuk tingkat SMP dan SMA, SFF Edu mengadakan kerjasama dengan pihak sekolah. Selain hal-hal diatas yang diajarkan untuk tingkat SD, anak-anak diajarkan juga tentang cara mengidentifikasi jenis ikan dan ilmu melepaskan ikan dengan turun langsung ke sungai. Sebagai outputnya dilakukan pendokumentasian di akhir kegiatan dalam bentuk poster dan buku.
Kegiatan edukasi dan turun sungai bersama sekolah MTS
Sedangkan untuk tingkat perguruan tinggi, biasanya bentuk pembelajaranya berupa kunjungan belajar. Materi yang diajarkan adalah modul lengkap tentang menjaga sungai dan kelestarian ikan. Penerbitan sertifikat elektronik dari Dinas Lingkungan juga diharapkan agar menjadi bentuk apresiasi, penarik sekaligus pengingat bagi peserta edukasi agar kelak tetap turut serta menjaga kelestarian ikan dan sungai.
Diharapkan dari edukasi ikan yang disampaikan kepada beberapa level generasi ini akan terlahir kader-kader konservasi baru. Kader-kader konservasi baru akan menjadi penerus kegiatan cinta lingkungan melalui edukasi ikan.
“Melahirkan kader-kader konservasi baru untuk menyelamatkan perairan dan menjaga kelestarian ikan adalah upaya penting dalam mewariskan bumi yang sehat bagi generasi di masa depan’’
Sumber foto:
Dokumentasi Suryanto
Referensi :
Hasil wawancara dengan Narasumber melalui WhatsApp
https://agroindonesia.co.id/ikan-asli-indonesia-kekayaan-alam-sumber-kehidupan/
https://dkp.kulonprogokab.go.id/detil/209/stop-destructive-fishing
https://dkp.kulonprogokab.go.id/detil/689/buku-jaga-kaliku/
https://dlh.kulonprogokab.go.id/detil/537/ada-22-pokmaswas-di-kulon-progo-oknum-harusnya-sadar-tidak-menangkap-ikan-dengan-cara-terlarang
https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/872/sungai-dan-sempadan-sungai
https://ikanku.kulonprogokab.go.id/landingpage/data2
https://ppid.gunungkidulkab.go.id/berita/202877/detail
https://radarjogja.jawapos.com/kulonprogo/654712612/banyak-penangkapan-ikan-ilegal-di-kulon-progo-dengan-penggunaan-setrum-dan-pukat